Minggu, 27 September 2015

Cerita Sex Artis Baby Margaretha

Baby Margaretha XXX - My Hero

Baby Margaretha
Baby Margaretha, model seksi tanah air, namanya kini semakin
terkenal, ia juga pernah muncul di film horror lokal Pocong Mandi Goyang
Pinggul bersama artis porno Sasha Grey. Muda, cantik, dan memilki tubuh
seksi yang menggoda. Pose-pose sensual Baby telah banyak menghiasi
majalah-majalah dewasa membuat setiap orang terutama pria menelan ludah
melihatnya. Meskipun Baby memiliki body yang aduhai dan senyuman yang
menggoda, Baby bukanlah orang yang sombong. Kadang tak segan ia menolong
orang yang ia temui atau mengucapkan "terima kasih" pada yang
membantunya, Untuk kasus yang terakhir, ada seorang pria beruntung yang
pernah menerima ungkapan terima kasih ‘spesial’ darinya

.

-----------------------------------------

Introduction

Alkisah
Danny atau yang biasa dipanggil Dan, seorang pemuda yang sudah mendekati
kepala tiga umurnya, meninggalkan kampungnya untuk mengadu nasib di
Ibukota. Malang karena tak ada koneksi, bekerja serabutanlah ia mulai
dari menjadi kuli hingga tukang kebun. Namun dan bukanlah orang yang
mudah menyerah, ia percaya bahwa semangat, mau belajar, dan jujur pasti
akan membawanya sukses (yang terakhir perasaan dah pada jarang deh ^^i).
Tidak sia-sia, berkat keuletannya, ia diminta salah seorang temannya
untuk bekerja di studio photo bos temannya di Jakarta. Yah... meskipun
kerjaannya juga tidak jauh-jauh dari fisik namun setidaknya gaji yang
dia peroleh lebih baik dan cukup untuk dia bagi dengan keluarganya di
kampung. Suatu pagi Dan sudah berangkat menuju studio tempat ia bekerja.
Pagi ini Pak Rudi, bosnya, meminta ia untuk membantu beliau menyeting
studio dan membersihkannya. Pak Rudi mengatakan bahwa nanti sore beliau
mau mengadakan pemotretan beberapa model hingga malam.

"Dann....
bersihkan ruangannya segera, itu kabel kau gulung yang rapi, yang tak
kepake kau simpanlah di gudang sana. Setelah itu kau atur sofanya
seperti yang aku bilang tadi, ingat Dan.... hati-hati itu barang mahal,
terserah kau garap kapan, pkoknya nanti malam harus sudah siap!" teriak
bosnya.

"Siap Pak!" Dan menyahut.

"Kau sekarang ikut aku ke taman kau angkut peralatan di lemari nomor tiga. E itu rumput sudah kau rapikan kemarin?"

"Sudah Pak!" Dan menyahut.

"Bagus, sekarang cepat kau ambil perlatannya, setengah jam lagi mereka datang."

Yah
itulah bos si Danny, yang memang agak galak, dan mau seba cepat. Hampir
tidak ada asisten yang betah bersamanya. Namun Danny dengan kesabaran
dan keuletannya mampu bertahan. Untunglah Pak Rudy bukanlah orang yang
pelit. Tak jarang, ketika beliau senang dengan pekerjaan Danny, beliau
mengajak makan Danny di restoran mewah, atau memberinya uang rokok
berlebih. Namun buah kesabaran dan kejujuran Danny belumlah pada
puncaknya. Namun hari ini adalah permulaannya. Ya, pagi itu, studio
tersebut sangat ramai. Banyak proyek yang harus dikerjakan. Model-model
baik pria maupun wanita datang silih berganti. Hingga menjelang jam 9
malam ketika sesi pemotretan terakhir.


Danny
"Om Rudy... mav
Baby telat om. Agak Macet di jalan. Ngomong-ngomong tidak bisa besok ya
om??" tanya seorang wanita cantik dan seksi.

"Selamat malam baby.
Om tidak bisa, deadline sudah dua hari lagi, besok om ada jadwal lain,
dan masih harus mengedit hasilnya, ngomong-ngomong sendiri kau datang
kemari? Mana supir kau?" tanya Om Rudy.

"Pak Supri sedang pulang kampung anaknya sakit, besok siang baru pulang, makanya Baby minta besok om" jawab Baby.

"Siapakah
cewek itu?" Dan bertanya dalam hati, matanya melihat gadis itu dari
ujung kaki hingga ujung kepala. "bukan main sexynya" pikirnya.

Ya saat itu Baby Margaretha menggunakan rok dia atas lutut dengan tanktop dipadu dengan jaket jeans biru, so sexy.

"Dannny.... sini kau bantu saya kerja!" tiba-tiba bosnya berteriak membuyarkan lamunannya.

Si...siap Pak..!"

Setelah sesi pemotretan tersebut usai, Baby Margaretha membereskan tasnya hendak pulang ke apartemennya.

"Baby, lebih baik kamu menginap di rumah om saja, nanti om bilang sama istri om, tidak baik pulang malam-malam" kata om Rudy.

"Tidak apa-apa om, Baby sudah biasa, Baby sudah tahu mana rute yang aman, om" jawabnya.

"Yakin kau tak mau menginap?"

"Iya om tidak apa-apa."

Akhirnya Baby memacu kendaraannya. (dering ringtone HP),

"Wah
hape Baby ketinggalan, kebetulan rumahnya dekat kos kau Dan, kau
antarkan ke sana ya, Rumahnya di Perumahan xxxxxx no xx kau tahu kan?"

"Tau
bos, kos saya tidak jauh dari situ" jawab Dan. Malam itu ia pun segera
memacu motor lamanya, untuk mempersingkat waktu, ia menerabas
jalan-jalan kampung.

-------------------------------

The Mistake

"Uh sial, kena paku lagi, mana malam-malam begini" keluh Baby Margaretha

Ban mobilnya tertusuk paku sangat dalam. Membuatnya harus terhenti.

"Duh coba gue tadi nginep aja" keluhnya.

Sebenarnya
Baby belumlah terlalu hapal rute yang aman, dia hanya melalui rute
singkat menghindari tol, sebab dia sering menyuruh supirnya pada siang
hari untuk melakukan itu supaya ia bisa cepat mencapai studio tempat ia
melakukan sesi foto atau ketika ia  pulang agar cepat sampai. Celakanya,
menjelang tengah malam, kawasan itu biasanya rawan. sudah banyak
penodongan terjadi di sana. Ia kini menyesal mengapa ia tidak mengiyakan
tawaran om Rudy untuk menginap di rumahnya. Dalam kebingungan Baby
melihat-lihat apakah ada orang yang dapap dimintai pertolongan.
Tiba-tiba datanglah beberapa orang bertampang preman. Yang Pertama si
Gendut Bruno. Bruno sebetulnya tidaklah terlalu gendut. Perawakannya
tinggi besar. Satunya lagi si kurus Tomi. Kulitnya gelap dengan rambut
jarang-jarang. Mereka berdua termasuk preman di daerah tersebut. Tak
jarang mereka mencegat kendaraan yang lewat malam hari untuk sekedar
memalak korban-korban mereka. Melihat korban mereka kali ini adalah
seorang gadis muda cantik nan seksi, mereka mengubah pikiran mereka
untuk tak sekedar memalaknya.

"Hehehe... sayang ki, kalo cuman dipalak, dah lama gak liat awewe hot euy" kata si gendut.

"Ah ko bisa saja bro, benar, mending kita garap dia dulu hahaha...." timpal si kurus. Mereka pun mendekati Baby yang malang.

"Oh
my god, siapa mereka? Jangan-jangan...." Baby merasa tidak enak dalam
hati melihat kedatangan para pria bertampang tidak bersahabat itu.

"Hahaha.... Sendirian aje nih Neng Cantik?" sapa si gendut tiba-tiba membuat Baby kaget setengah mati.

"Aduh... gawat..." katanya dalam hati.

"Kenapa Neng? Ban bocor ya? Kasihan.... sini abang bantuin pompain bannya Neng hehehe..." timpal si kurus cekikikan.

"Eh... enggak bang makasih" kata Baby dengan senyum dipaksa walau mengetahui dirinya dalam bahaya.

"Ah Jangan gitu non, kita mau kok bantuin Non, asal..." kekeh si gendut sambil melirik si kurus.

"Asal non bantuin kita-kita juga hahaha...." tawa si kurus sambil dengan tiba-tiba ia memegang payudara Baby.

"Hei...jangan kurang ajar kalian!” bentak Baby Margaretha seraya menutupi dadanya dengan kedua tangannya.

"Uih.. kenyal cuy, kencang nian body nih cewek huahahaha..." sahut si kurus terkekeh.

Mereka pun kemudian melingkari Baby mengepungnya. Tiba-tiba "plak" tangan si gendut menampar dan memainkan pantat Baby

"TOLOOONNGG!!" teriak Baby dengan panik.

"Hahaha... teriak aja Non, nggak bakal ada yang ngedengerin, rumah orang-rang pada jauh dari sini" ejek si gendut.

"TOLOOONNGG....." Baby kembali berteriak sambil merangsek ke depan berusaha kabur.

Namun
si gendut yang sudah menduga gerakannya, segera menangkap dan membekap
mulutnya dari belakang sehingga Baby tidak dapat bergerak dan berteriak.

"Mmmpphh.... Mmpphh..." Baby kini hanya bisa menggumam.

"hihihi...ayo manis, kita main-main sebentar, nanti baru ban nya kita betulin!" tawa si kurus.

Belum
lama mereka merasa senang karena sebentar lagi akan segera menikmati
santapan lezatnya ini, tiba-tiba ada sebuah motor yang menabrak si kurus
dari belakang.

"Hwaduuhhh.....heh siapa itu!!" segera si gendut melepaskan bekapannya dan memburu si penabrak.

 "EH SINI LOE ANJING!" makinya.

Namun
kali ini lawan si gendut betul-betul gesit. Dia bergerak kesana kemari
bagaikan kancil sehingga serangan si gendut hanya menyapu angin saja.
Tiba-tiba sebuah tendangan ke arah anunya si gendut melayang telak

"HWADOOOHHHH!!" si gendut meringis dan segera disusul sebuah pukulan ke arah dagu yang membuatnya pingsan.

Sementara
itu si kurus yang baru saja bangun dan terpincang segera akan mengambil
langkah seribu sebelum tiba-tiba kepalanya terbentur helm motor yang
diayunkan oleh Baby dan mereka berduapun pingsan.

"Wah non, bahaya
pulang malam sendirian, harusnya non tadi nginep aja non" kata si
penolong yang ternyata adalah si Danny alias Dan.

"Dannn...." Kata Baby Margaretha sambil berlari dan memeluk Danny.

Merasakan
dekapan cewek cantik aduhai apalagi kini Baby juga menekankan
payudaranya pada Dan tentu bakalan membuat si otong lelaki manapun tegak
berdiri.

"Aduh iya non, aduh mav say jadi sulit napas non, aduh" kata Dan Jaim.

"Aih... makasih Dan kalau tidak kamu saya sudah..." kata Baby lagi.

"Udah non gak apa-apa, yang penting non selamat. Ada talii??" tanya Dan.

"Ada Dan tapi ban mobilku mogok" kata Baby.

"Nggak
apa-apa non, yang penting kita tali mereka dulu di pohon itu,
sebelumnya kita bugilin dulu mereka, baru aman saya menggantikan ban
mobil non" usul Dan.

Segera mereka berdua mengerjai kedua preman
tersebut. lalu Dan segera mengganti ban mobil Baby cepat-cepat sebelum
mereka sadar. Untuk berjaga-jaga Dan pun mengawal Baby Margaretha pulang
ke rumahnya.

------------------------------------

Rumah Baby

"Ya di sini Dan, terima kasih ya... ayo sini masuk dulu, Dan!" kata Baby manis.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah Baby dengan aman.

"Aduh
non makasih, udah malam gak enak sama tetangga, ini saya sebenarnya mo
nyusulin hapenya Non yang ketinggalan." kata Dan segera membuka tasnya
dan menyerahkan hp tersebut.

"Aduh Dan benar ini hape saya, aduh.... Dan Makasih ya, ya udah sebentar ya." Baby pun mengambil dompet di tasnya.

"Nggak
Non,  gak usah, saya ikhlas kok benar, saya pikir hp ini kan barang
pentingnya non Baby, kalo sampai ilang, pasti non Baby bakalan
kesulitan." kata Danny tambah jaim.

Melihat ketulusan hati Danny, Baby
pun merasa kasihan padanya. Bahkan uang yang akan diberikannya bahkan
ditolak. Tiba-tiba muncullah sebuah ide nakal di pikirannya.

"Yah...
Dan ijinin baby berterima kasih dong.... Paling enggak masuk dulu dong,
sini Baby buatin minum ama sandwich yah? jangan nolak loh, kalo enggak
Baby nangis nih" rayunya.

"Duh jangan nangis non, jadi nggak tega Dan, iya deh non, Dan masuk, sebentar aja ya" katanya tak dapat mengelak.

Di
dalam merekapun duduk bersama di sofa ruang tengah menikmati sandwich
dan sirup dingin yang Baby buat. Namun tanpa sepengetahuan Danny, Baby
telah memasukkan obat kuat ke dalam minumannya.

"Jadi asalmu dari kampung Dan?" tanya Baby.

"Iya
non, abis saya sumpek di kampung, gak ada kerjaan, daripada nganggur,
saya mencoba ngadu nasib di Jakarta, siapa tau berhasil, tapi ya gini
sih non, saya syukurin aja apa yang saya dapat sekarang." jawab Danny.

"Udah berapa tahun kamu di Jakarta Dan?" tanya Baby.

"Sudah lima tahun lebih sih non." seraya menghitung dengan jarinya.

"Oh... la keluarga kamu gimana Dan? Apa kamu gak kangen?" tanya Baby lagi.

"Kangen
sih Non, paling saya pulang setahun sekali pas libur panjang. Kalaupun
saya bawa mereka ke Jakarta, kasihan Non, di sini apa-apa mahal dan
macet, takutnya gak pada betah Non." keluh Danny.

"Wah hebat kamu
Dan, kamu orang yang baik ya. Jarang saya bertemu laki-laki sepertimu."
puji Baby dan memandang mata Jo dengan nakal. "Beruntung ya, cewek yang
dekat denganmu."

"Ah.. saya nggak punya pacar non, mana ada yang mau sama cowok jelek macam saya non." kata Danny malu-malu.

"Masak sih Dan, kamu cakep kok di dalam sana" rayu Baby

"Ah non Baby bisa saja" kata Dan tersipu malu.

Tiba-tiba
Baby Margaretha berpindah tempat duduk mendekati Dan. Kedua kaki
seksinya ia taruh di sofa seraya memandang Dan nakal. Pria mana yang
tidak bakalan tergoda yang melihat cewek seksi dengan celana jins super
pendek seolah seperti CD dan tanktop ketat yang menunjukkan lekuk tubuh
serta belahan dada seorang Baby Margaretha. Ditambah dengan tatapan
nakal Baby, membuat Danny agak klepek-klepek.

"Dan, Baby gak bohong kok, Dan cakep deh" rayu Baby lagi.

Kini Dan hanya terdiam, ada sedikit di celananya. Baby pun melanjutkan rayuannya

"Dan, mau gak Dan jadi pacar Baby malem ini aja? Paling gak, Baby beneran mau balas budi buat Dan. Mau yah Dan please..."

Melihat
sikon yang mulai mengundang Dan pun sadar, dia sebenarnya juga tergoda
oleh rayuan Baby Margaretha. Bagaimanapun, Dan adalah seorang pria dan
tidak ada satupun pria waras yang tidak akan tergoda oleh body seksi
Baby Margaretha barang sedikitpun. Ia juga paham, dia sebetulnya
bukanlah pria yang betul-betul alim. Karena pergaulan juga, dia akhirnya
pernah merasakan surga dunia walaupun membayar. Kebetulan waktu menjadi
kuli, banyak teman-temannya berasal dari perantauan. Tak jarang bagi
mereka yang telah beristri merindukan kehangatan tersebut. Dan tak
jarang pula mereka mengajak Dan. Awalnya karena gengsi dan tidak ingin
dianggap cupu, dia mengikuti teman-temannya. Namun ia belakangan agak
ketagihan kala birahinya memuncak. Hanya saja pekerjaan yang sibuk dan
berat belakangan rupanya mampu mengontrol nafsu Dan. Namun ia masih ingat
kalau Baby adalah klien penting bosnya. Dan tidak mau perbuatannya nanti
menjadi masalah di kemudian hari. Dengan jaim dia berkata,

"Aduh Non, beneran Dan Ikhlas, aduh Non... mending jangan deh, Dan gak enak sama non dan pak Bos."

Baby pun tertawa mendengar Jo berkilah, ia berkata dalam hati, "Huh, jaim-jaim ngaceng juga kamu."

Baby pun kembali menggodanya "Dan, kalau kamu ikhlas, kenapa dedekmu nggak sih" seraya mengelus tonjolan di celana Dan.

Danny
pun kaget setengah mati, jantungnya hampir copot. Benar apa yang
dikatakan Baby, ternyata si otong nggak ikhlas. Di balik persembunyian
si otong seolah berteriak-teriak minta jatah untuk beraksi.

Melihat
Dan hanya terdiam, Baby pun kembali merangsang Dan. Kali ini tangan
kirinya merangkul Dan, buah dadanya yang montok dan berisi ia tempelkan
ke dada bidang Dan dari samping, sementara itu tangan kanannya masih
mengelus-elus tonjolan di celana Danny. Kali ini Dan sudah tidak dapat
menolak. Entah karena birahinya kembali memuncak tak terbendung atau
dengan pengaruh viagra yang tanpa sadar ia minum tadi, kini, Dan mulai
larut dalam permainan. Namun perasaan jaim masih tersisa di pikirannya,

"Non, bener saya tidak enak non sama non dan pak Bos, kalau ada yang tahu gawat non, bisa dipecat saya" rengek Dan.

"Ah
Dan.... santai aja kali, rumahku sedang sepi kok supirku sedang pulang
kampung dan pembatuku baru besok siang balik sini. Santai aja Dan kita
aman kok, gak ada yang ngintipin, asal...." rayu Baby lagi.

"Asal apa non?" tanya Danny.

"Asal
kamu gak nolak dan jangan bilang ini ke siapa-siapa yah, hanya untuk
kita berdua aja yah dan." jawab Baby. Mendapat lampu hijau seperti itu,
Danny menjadi tidak ragu-ragu lagi.

"Siap non hehehe..." Jawab Dan bersemangat. "Idihh... tadi malu-malu jaim, sekarang nafsu nih ye" ledek baby dengan tertawa

Dan
tida membalas. Mereka hanya bertatapan kemudian Jo memulai inisiatif
dengan melumat bibir Baby Margaretha terlebih dahulu. Tangannya segera
meremas-remas payudara Baby dengan lembut. Beberapa menit bibir mereka
bertemu dan berpagutan. Lidah Dan dengan aktif menggelitik rongga mulut
Baby.

"Dan kamu udah pernah ya?" tanya Baby kemudian melepas ciuman mereka. "

Hhhh.... sudah non, dulu pas jadi kuli, tapi ya cuman jajan biasa non." jawab Dan sambil mengambil napas.

"Hmm... jadi beneran belum pernah ama pacar ya Dan?" tanya Baby lagi.

"Belum, emang kenapa?" tanya Dan.

"Gak
apa-apa, sini, baby contohin. Idih... jangan di monyongin dong Jo
hahaha..." Baby tertawa melihat ulah Dan. "Sini Dan deketin wajahmu"

Dan
pun mendekatkan wajahnya. Kali ini, giliran Baby Margaretha yang
melumat bibir Dan. Pertama, dipegangnya dagu Danny, kemudian
dikecup-kecupnya bibirnya Danny dengan lembut menghisapnya perlahan dan
pelan-pelan Baby memainkan lidahnya. Baby memainkannya dengan baik
seolah mengajak lidah Dan bergulat serta membuat bibir Dan hangat seolah
dipeluk membuat Dan bak di atas awan.

"Gitu Dan, sekarang giliranmu ayo!" ujar Baby, kini baby bahkan memosisikan duduknya sehingga ia kini dipangku oleh Dan.

 Dan
pun melakukan apa yang dicontohkan oleh Baby. Dipandangya gadis molek
itu, kemudian dikecupnya lembut bibir Baby seolah memeluknya, kemudian,
ia teruskan dengan memainkan lidahnya perlahan seolah mengajak lidah
Baby berpagutan. Baby kemudian menaruh kedua tangan Dan di payudara dan
pahanya, kemudian ia meminta Dan untuk melakukannya lagi. Dengan lembut
tangan Danny membelai-belai payudara dan paha foto model seksi itu.
Kemudian ia selipkan tangannya dibalik tanktop ketat dan hotpants Baby,
mencari-cari putingnya di balik cup penutupnya kemudian memijitnya
lembut dan nakal. Gairah mereka berdua kini telah memuncak. Baby dan Danny
saling melepaskan baju mereka. Danny masih menyosor dengan ciuman-ciuman
nakalnya pada bibir Baby sementara kedua tangannya bergerilya
membelai-belai tubuh seksi Baby Margaretha. Baby kemudian mengajak Danny
masuk ke kamarnya. Ia kemudian mendorong tubuh Danny bersandar di
ranjangnya, kemudian Baby mengkecup-kecup puting Danny, memainkan dengan
lidahnya dan tangan lembutnya kini mengarah ke batang kejantanan Danny,
membelainya dan memijitnya dengan hangat. Baby sangatlah pintar
memainkan lidah nakalnya. Diputar-putar lidahnya mengelilingi puting Dann
dan digigit-gigitnya kecil seolah itu permen mint bagi Baby, sementara
tangannya membelai kejantanan Danny dengan berirama. Permainan Baby pun
membuat Dann terangsang setengah mati. Ia pun juga tak mau kalah, kini ia
memilin-milin dan memijat puting Baby membuatnya mendesah tak keruan,
Kesempatan itu tak disia-siakan, Dann segera melumat payudara Baby yang
montok itu. Diciuminya dengan lembut dan menggigiti puting Baby membuat
Baby mendesah-desah. Tak lupa Danny kombinasikan dengan sapuan lidahnya
seperti yang dicontohkan oleh Baby tadi. Dann menaruh tangannya pada
vagina Baby, mencari-cari klitoris Baby dan memainkannya,

"Auw... pelan-pelan dong Dann, pelan, kayak kamu mijitin putingku tadi Dann" rayu Baby nakal.

Dann
pun menurutinya. Kini sambil memainkan puting Baby, Dann memijit-mijit
klitoris Baby dengan lembut membuat Baby mendesah-desah tak karuan dan
menggigit bibirnya. Sesekali Dann mencelupkan jari-jarinya ke dalam vagina
Baby, mengoreknya perlahan seolah tidak ingin kehilangan setiap jengkal
cairan madu dalam vagina Baby. Tiba-tiba ia menemukan suatu
tonjolan-tonjolan kasar dan menekannya.

"Aaahhhhh..... terus Dann, di situ teeerruuusss....." desah Baby mengeliat-geliat. Dann pun makin bersemangat melakukannya.

"Ohh....
ohhh,,, Dann... Aku keluarr....." desah Baby mencapai orgasmenya
diiringi lendir kewanitaan yang mengalir deras dari vaginanya.

Dann
pun segera menyeruputnya dengan lahap. Lidah Dann seolah menyeka seluruh
belahan vagina baby tanpa menyisakan cairan lendir sedikitpun. Baby pun
mengambil nafas sementara Dann masih sibuk menyeka vaginanya.

"Dann sini dong tiduran sebelah Baby..." rayu Baby.

Danny pun menurut. Kini baby memposisikan dirinya di atas Danny sehingga lebih leluasa melihat penis pria itu.

"Dann
punyamu besar juga ya" kata Baby sambil sibuk membelai kejantanan Dann,
menjilatinya memutar, memainkan lubang kencing Dann dengan lidahnya yang
nakal, dan mengulum-kulum penis tersebut.

Dalam Hatinya surprise
juga Baby melihat penis Dann berukuran hampir sepusarnya dengan diameter 4
cm. Namun membayangkan ukuran penis yang akan menggarapnya mebuat Baby
makin bersemangat.

"Ohhh..... terussss Non... Ssspppp.... ohhhh.... enak non, terus" racau Dann tidak karuan.

Baby
pun kini menjepit penis Jo dengan payudaranya yang montok. Ia menaik
turunkan payudaranya. sembari mulutnya masih mengulum penis Dann.

"Ohhhhh.... " lenguh Dann panjang.

Tak urung isapan mulut seksi Baby ditambah jepitan Payudara Baby membuat kelabakan setengah mati. Pertahanan Danny akhirnya jebol,

"Uh... non... Dann mau keluar non, lepas dulu non!"

Namun Baby tidak memperdulikan ucapan Dann, terus menghisap penisnya hingga akhirnya Dann ejakulasi dalam mulut Baby.

"Uhhh....
Ohh....." "crot...crot....crot..." lebih dari lima kali penis Dann
berkedut, namun Baby Margaretha masih belum melepaskan isapannya dari
penis Dann, seolah tidak ingin melewatkan setetespun sperma yang keluar
dari penis Dann. Cairan putih itu dilahapnya dengan rakus. Dann hanya bisa
mendesah keenakan

"Ahhh..... Non Babyy...."

Baby Maragaretha
pun menyelesaikan isapannya dengan sebuah kecupan kecil pada lubang
kencing Dann. Lalu ia menjulurkan lidah menunjukkan sisa sperma yang dia
tampung di mulutnya pada Dann, kemudian menelannya habis. Pemandangan
nakal itu membuat Dann takjub.

Baby Margaretha kemudian
meminta Jo untuk mengambilkan segelas air dingin dari lemari es di pojok
kamar. Ia lalu meneguk air minum tersebut.

"Uih... seger Dann..." kata Baby Manja.

"Non, apa gak jijik nelen peju? Emang rasanya enak ya Non" tanya Dann keheranan.

"Habis pejumu enak sih Dann" kata Baby terkikik. "gurih lagi" godanya.

"Eh apa iya non " kata Dann polos tidak percaya.

"Enggak segitunya kali Dann, tapi enak kok hahaha..." tawa baby.

Dalam
hati Baby berpikir ternyata sangar-sangar gini Dann culun dan
menyenangkannya, tidak seperti para pria yang pernah membookingnya yang
hanya sekedar menginginkan sex darinya. Baby berpikir andai Dann mau
menjadi budak seksnya pastilah asyik. Dann kini memulai inisatif,
dibelainya lembut tubuh Baby Maragaretha dan diciumnya dengan lembut.

"Tadi malu-malu kucing, sekarang nagih ya Dann?" goda Baby nakal.

Dann
hanya tersenyum dan kembali menggarap tubuh seksi Baby. Tak beberapa
lama, penis Dann kembali menegang dan kini ia pun siap. Ia memposisikan
dirinya di bawah dan Baby di atas. Baby pun tanggap dan segera
membimbing penis Dann masuk ke dalam liang vaginanya. Perlahan-lahan Baby
menurunkan pinggulnya, namun penis Dann memang besar. belum sampai
tertelan semua, Baby merasakan sesuatu menyeruak di pintu rahimnya.
Ternyata penis Dann Mentok di vaginanya.

"Uuuhh...gedenya, memek gua ampe penuh" gumam Baby dalam hati.

Baby
mendiamkan dulu vaginanya menancap mencoba beradaptasi dengan penis Dann.
Tak lama kemudian ia baru mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan.
Perlahan pula rasa perih dan sesak di vaginanya berkurang dan mulai
tergantikan rasa nikmat. Baby menaik turunkan pinggulnya dipadu dengan
gerakan maju mundur dan memutar. Terkadang Danny menggodanya dengan
mengangkat pinggulnya supaya penisnya masuk lebih dalam.

"Ahhh..... Ohhhh..... SSss... Ddannn..... Enak, Dann" ceracau Baby Margaretha.

Baby
tambah mendesah-desah ketika tangan Danny dengan usil menggerayangi
payudaranya. Memijit-mijit puting dan membelai kedua buah dada dengan
lembut.

"Iisseeeppp Dannn.... Ahhh.... Sshhh...." desah Baby meminta Danny menghisap payudaranya.

Dannypun
kini duduk memangku Baby dan menariknya mendekat padanya supaya ia
dapat menyusu pada payudara montok itu. Baby pun melanjutkan genjotannya
naik turun. 10 menit kemudian Danny meminta Baby nungging namun ia
tidak langsung memasukkan penisnya. Ia gerayangi payudara Baby dan ia
tusuk-tusuk vaginanya dengan kedua jarinya membuat Baby tak tahan,

"Engghh.... Dann masukinnn...." pintanya lirih

Maka
dengan satu sentakan medadak Danny menusukkan penisnya pada liang
vagina Baby. Membuat tubuh Baby melengkung ke atas disertai lenguhan
nikmat. Kesempatan itu tak disia-siakan Danny. Kepalanya meyusup
melewati bawah ketiak Baby dan menyusu pada payudara Baby. Danny sungguh
membuat Baby kewalahan, penis Danny menusuk dengan berirama. Sebentar
lambat lalu tiba-tiba disusul dengan tusukan cepat penis Danny hingga
mentok ke mencapai pintu rahim Baby. Ditambah dengan isapan-isapan nakal
pada puting payudara Baby sesekali disertai gigitan lembut. Serangan
bertubi-tubi Danny membuat Baby kewalahan. Tak berselang lama Baby
melenguh panjang. Mulut seksinya membentuk huruf O dan punggungnya
melenting ke belakang menandakan oragasmenya telah datang. Cairan cinta
Baby mengalir deras dari sela-sela liang vaginanya. Namun Danny tidak
menghentikan tusukan-tusukan penisnya pada vagina Baby sehingga
orgasmenya datang bergelombang. Hal ini tentu membuat Baby melenguh
panjang. Bibir Danny kini berpindah dari payudara Baby menuju  bibirnya,
Mereka berciuman dengan penuh gairah. Kini Danny membuat Baby tiduran
terlentang. Membuat Danny lebih mudah melancarkan serangan-serangannya.
Ia langsung menaikan kecepatan. Baik tangan kanan dan kiri tak luput
membelai dan meremas-remas payudara seksi Baby. Bibir Danny juga
bergerilya dari satu puting ke bibir seksi Baby. Baby segera memperoleh
orgasme kedua. Tubuhnya melenting ke atas namun tertahan oleh tindihan
Danny. Sementara itu kedua tangan Parjo meremas kedua payudaranya dan
keduanya saling berciuman. Rupanya Baby menikmati kondisi dimana Baby
seolah sedang diperkosa Danny. Ia memeluk Danny dan ia kaitkan kedua
kakinya pada pinggul Danny. Baby sekali lagi mendapatkan multi  orgasme.
Kali ini Danny makin mempercepat tusukannya. Baby kelabakan menerima
gempuran itu hingga akhirnya ia mendapatkan orgasme keempatnya.

"Hekh....heh.... Non. Dann mau keluar non, Dann keluarin di luar ya non" kata Dann takut membuat Baby hamil.

Namun
Baby justru mengaitkan lagi kakinya pada pinggul Danny dan memeluknya
serta menciumnya dengan ganas. Membuat tekanan pada penis Danny
berlipat. Penis Danny seolah dipijit-pijit dari segala arah plus telah
mentok pada mulut rahim Baby seolah penis Danny sedang menciumi pintu
rahimnya. Membuat Danny segera menyemburkan spermanya dengan deras pada
rahim Baby.

"Crott....Crroott....Crroott..." penis Danny berkedut-kedut mengeluarkan isinya mengisi rahim Baby.

Setelah melalui gelombang orgasmenya, Danny pun ambruk menindih Baby. Penisnya masih menancap pada liang vagina Baby.

"Hhh.... Non, gak papa di dalem? Kalo non hamil gimana?" tanya Danny resah.

"Kalo gue hamil, Dann tanggung jawab yah" goda Baby nakal.

"ehh...kok?" Danny panik.

"Hahaha....
gak apa-apa Dann, baby selalu minum pil anti hamil kok, santai aja.
Lagian lebih enak kalo dilepasin di dalem Dann, lebih dalem sensasinya"
jelas Baby.

“Fuhh….” Dann pun menarik napas lega karena Baby hanya bercanda.

Kini
mereka berdua bangkit dari ranjang, Baby segera menarik lengan Dann
menuju kamar mandi. Kamar Mandi Baby tidaklah terlalu besar, namun ada
bathub dan shower di dalamnya. Di dalam kamar mandi, Baby dan Danny
saling semprot dengan shower. Hampir seluruh tubuh Baby Danny semprot,
apalagi vagina Baby yang merah dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus
membuatnya kegelian.

“Hahaha…. Geli Dann…. Geli….” tawa Baby manja.

Kini
giliran Baby mengerjai Danny. Disemprotnya Danny dan kembali penis
Danny ia jepit di antara payudaranya dan hisap-hisap hingga tegang
kembali. Kali ini Danny tidak mau kecolongan. Danny menyandarkan tangan
Baby pada bathub dan memegang pantat Baby mengepaskan dengan penisnya.
Tiba-tiba, “blush…” penis Danny menusuk masuk liang kenikmatan Baby,
membuat Baby melenguh nikmat dan tubuhnya terlenting seksi ke belakang.
Tangan Danny pun memegang bongkahan pantat Baby.

“Ssshhh…. Dann, tampar pantatku dann…” erang Baby nikmat.

“Plak….plak…plak….” tamparan pun mendarat di pantat Baby membuatnya memerah.

“Ssshhh…. Enak Dann, saya mau keluar” erang Baby menahan nikmat.

Danny pun menaikkan kecepatan tusukannya. Kedua tangannya kini meremas-remas payudara Baby.

“Ohhh…..”
“Crrrr….crrr…” Mulut Baby membentuk huruf O yang seksi. Tubuh Baby
melenting ke belakang. Lututnya bergetar tak mampu menahan berat
tubuhnya. Baby terjatuh pelan bertumpu pada lututnya. Sementara Danny
masih mendiamkan Baby menikmati orgasmenya dan menyangga tubuh Baby agar
tidak terlepas.

“Dann, capek berdiri terus nih” keluh Baby manja.

Maka
gantian lah Jo duduk di bathub dan memangku Baby yang sedang berusaha
memasukkan penis Danny ke dalam liang kenikmatannya. “Bleeeshh….”
“Heghh….” Baby melenguh, merasakan penis Danny menembus ruang terdalam
liang kenikmatannya dan seolah mencumbu pintu rahimnya seolah membuat
vaginanya meleleh nikmat. Dann pun berdiri dan menggendong tubuh Baby. Dan
mulai melanjutkan persetubuhan yang hot itu. Dia menyandarkan tubuh Baby
pada tembok, menusuknya dengan kencang, dan sesekali menciuminya.
Sementara Baby mengaitkan kakinya dengan erat dan memeluk Dann kencang
supaya tak jatuh. Posisi ini membuat tusukan-tusukan Dann semakin dalam.
Baby pun mengerang keenakan, membuat Dann bersemangat. Tak berselang lama,
tubuh Baby melenting mendapatkan orgasmenya. Dann yang pada posisi itu
merasakan penisnya bagaikan di giling-giling nikmat oleh vagina Baby pun
tak kuasa menahan gejolaknya lagi. Dengan sekali sentakan, penis Dann
kembali mencium pintu rahim Baby Margaretha dan mengalirkan sperma
hangatnya ke dalam rahim Baby, mengisinya penuh, seolah Dann ingin Baby
mengandung anaknya. Mereka berduapun berciuman mesra, bibir dan lidah
saling mengait, seolah tak ada hari esok. Dann pun duduk kembali pada
bathub. Kali ini giliran lutunya yang bergetar. Sementara Baby sibuk
membersihkan penis Dann dengan hisapan mautnya seolah tak ingin ada sperma
yang tertinggal. Setelah itu merekapun mandi bersama, saling membasuh
dan menyabuni satu sama lain. Tentunya Dann tak melewatkan kesempatan
untuk kembali meremas-remas payudara Baby yang seksi.

____________________________

End of Night

Usai
mandi, Baby meminjamkan kimono dan handuknya pada Danny. Sementara Baby
membalut tubuh seksinya dengan handuk ungu. Berjalan menuju lemari es
dan menungging untuk mengambil botol air mineral. Mengarahkan pantat
seksinya pada Dann, seolah kembali mengundang untuk bermain.

Melihat pemandangan yang begitu menggoda, Danny kembali mendekati Baby dari belakang dan memeluknya hangat.

“Ei...ei.. Dann… udah dulu dong, Baby mo istirahat dulu, kamu udah tiga kali keluar lo Dann” kata Baby Margaretha sewot.

“Hehehe…
tanggung non, biasanya kalo udah tiga juga Dann lemes. Cuman entah kenapa
ini otong “naek” lagi, udah deh non, nurut aja yah” Kata Dann terkekeh.

“Gawat,
gue lupa, tadi udah masukin viagra ke minuman Dann” gumam baby lirih.
Namun apa daya, serbuan Dann juga kembali membangkitkan gairah Baby
Margaretha. Tubuhnya haus akan belaian lelaki. Beberapa hari ini memang
para bos-bos dan eksekutif yang membookingnya belum memanggilnya lagi
karena sedang sibuk, maklum akhir tahun, masa tutup buku, sedang
sibuk-sibuknya, sehingga ia tidak merasakan seks yang penuh gairah sejak
itu. Baby pun menyambut ajakan Dann, dan kembali mereka keduanya memadu
kasih hingga pagi menjelang.

Kamis, 24 September 2015

CERITA SEX ARTIS RAISA ANDRIANA

Cerita Dewasa Artis Raisa: Apalah Arti Menunggu
RAISA: ACT 1

“Namun ku rasa cukup ku menunggu
Semua rasa tlah hilang

Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu
Bila kamu tak cinta lagi”

Suara merdu itu terdengar dari atas panggung. Tanpa dikomando, para penonton ikut bernyanyi bersama, suara teriakan mereka membahana memenuhi venue.

“bzzt Dan.. danny.. masuk dan! bzzzt.. ini Grace piip” tiba-tiba terdengar suara dari HT (Handy Talkie) yang kupegang

“Danny di sini.. ganti.. bzzzt piip” Jawabku dari HT

“Raisa sudah mau turun panggung! bzzt ..diulangi raisa sudah mau turun panggung! bzzt tolong mobilnya disiapkan di pintu belakang! bzzzt ganti..”

“86.. Dimengerti.. bzzt”

Aku segera menstarter mobil dan mengarahkannya ke pintu belakang venue. Banyak fans raisa menunggu di sana, aku membunyikan klakson agar mereka menyingkir.

Namaku Danny PR, biasa dipanggil Danny, Dan. Saat ini aku sedang menjadi panitia Pensi kampus bagian seksi transport. Biasanya masing-masing artis ditemani oleh L.O. (Liaison Officer), nah untuk Raisa ini LO-nya kebetulan Grace yang tadi ngomong di HT, sedang aku jadi driver-nya. Jadi supir? No problemo, kan jarang-jarang nyupirin artis cantik hehe.

Tak lama Raisa keluar dari pintu belakang. Ia mengenakan rok sepan dan kemeja putih lengan panjang. Massa yang menungu di pintu belakang spontan histeris dan berebut bersalaman dengan raisa. Tapi jujur saja, kali ini sepertinya agak rusuh sampai-sampai seksi keamanan yang bertugas kewalahan. Aku mengambil inisiatif, kubunyikan klakson keras-keras sambil menerobos kerumunan masa. Aku membuka pintu depan, menarik tangan raisa ke dalam mobil, dan segera bergegas meninggalkan kerumunan massa. Manajer Raisa dan Grace tertinggal karena menahan massa agar tidak masuk mobil.

“Makasih ya dan…” wajah raisa tampak sedikit panik.
“Enggak papa.. sudah tugas saya..”
Raisa tersenyum, tangannya menepuk tanganku yang ada di atas tuas persneling.

Ternyata Raisa anaknya lucu dan menyenangkan diajak ngobrol. Jauh dari statusnya sebagai bintang yang tengah bersinar, raisa sangat ramah dan tidak sombong. Tak lama kami sudah mulai akrab, dan berbincang bincang tentang berbagai hal, dari kuliah sampai makanan yang enak di Jogja. Ah, andaikan aku punya pacar seperti Raisa

Kemudian kami sampai hotel XXX eh.. ehem-ehem.. maksudku hotel tempat raisa dan crew-nya menginap hehe.


RAISA: ACT 2

Aku sedang merokok di depan kamar hotel, berkhayal punya pacar yang cantik, suaranya empuk, dan baik hati seperti raisa. Kutiupkan asap rokok tinggi-tinggi sambil menatap lukisan wayang dengan galau.
Agar lebih mantap galau-nya, sengaja aku memutar lagu Raisa di hp “Sekarang aku tersadar Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang…”

“Woy, danny!! eh dan!” Grace menegurku, dia rupanya sudah sampai.. “Nice job bro.. thanks ya..” Grace memuji aksiku barusan
“Yo..” jawabku malas, aku paling kesal dipanggil begitu.
“Eh, dan.. raisa minta dibeliin gudeg pawon tu.. kamu yang jalan ya..”
“Hah? Kok jadi gue? Itu kan kerjaan seksi L.O., ente aja yang jalan sendiri” aku protes
“Ya elah dan.. plis tolongin aku.. aku ga bisa naik mobil manual”
“ya sudah sini, mana uangnya..”
“Asyiik,.. makasih danny ganteng”
Aku berangkat dengan malas. Tapi kalau inget yang minta Raisa, yaaa gak papa deh, ikhlas hehehe…

Akhirnya aku berangkat ke daerah Janturan mencari makanan yang diminta, agak lama antrinya sih. Makanya 1 Jam kemudian aku baru sampai di hotel. Grace sudah tidur, kamarnya dikunci, huh. Akhirnya aku antar itu gudeg ke kamar Raisa.

“Permisii.. punten.. kulonuwun..” kataku sambil mengetuk pintu kamar Raisa.
Tak lama kemudian pintu terbuka. “Danny ya, duh maaf ya udah ngerepotin kamu..”
“Hehehe.. gak papa..” aku salah tingkah melihat Raisa yang kini mengenakan Celana panjang batik longgar, dan t-shirt putih. Penampilannya kini tak jauh beda dengan teman-teman kampusku, tapi aura bintangnya, serta cantik dan seksi menggodanya sangat terasa.

“Makasih ya dan, udah dibawain gudeg, habisnya aku penasaran tadi diceritain gudeg pawon sama kamu” Raisa malah nyerocos
“haha” aku Cuma bisa senyum senyum
“Eh, kamu udah makan belum? Sini yuk temenin aku makan, boring nie sendirian engga bisa tidur” dia nyerocos lagi
“Eh, makasih.. ga usah” tolakku, eh Raisa malah menarik lenganku ke dalam kamarnya. Wah, gawat aku jadi gak enak hati, sumpah di kamar bareng Raisa Andriana.

Raisa tinggal di kamar suite, jadi kamarnya ada semacam ruang tamu-nya. Ada sofa panjang meja dan TV LCD, raisa sepertinya sedang menonton film Bodyguards di TV kabel. Raisa membuka bungkusan gudeg, dan menyuap sesendok ke dalam bibirnya yang mungil.

“Hmm Enaaaaak” Raisa tersenyum, matanya berbinar-binar. Raisa menyantap gudeg itu dengan lahap, pipinya yang putih tampak penuh saat mengunyah gudeg itu. (Duh, pengin gue elus & cubit pipinya.)

“Makasih ya dan” kata Raisa
“iya.. sama-sama”
“Makasih juga udah nolongin aku tadi..” kata Raisa
“Iya.. kapan lagi bisa nolongin artis cantik kayak Raisa Andriana gini hehe”
“Ih, kamu bisa aja.. eh, tahu ga? Aku jadi keinget sama film BodyGuard-nya whitney houston tahu..” Seperti biasa dia nyerocos terus
“Hehe” dan aku cuma bisa senyum-senyum.

“Eh, maaf.. aku jadi makan sendiri.. kamu udah makan belum.. nih aaa” Raisa hendak menyuapkan gudeg ke mulutku. What? Are you serious?! Aku mencubit lenganku -sakit- artinya ini bukan mimpi. Mau nerima ga enak, mau nolak sayang hehe.
“Nyam, mmh kok repot-repot.. “ (biasalah orang indonesia, basa basi dikit, tapi akhirnya mau juga hehe)
Akhirnya sambil ketawa-ketawa kami ngobrol ngalor-ngidul.

“Duh, nanti aku dimarah pacarmu nih hihihi” kata raisa
“Ya elah, pacar aja aku belum punya”
“Massa? Padahal wajahmu ganteng kok…” kata Raisa “Tapi Kalau dilihat dari samping.. hehe”
“Ya sudah pindah ke samping sini” jawabku asal.

Eh, raisa beneran duduk di sampingku!

“Hihihi.. canda-canda….” Katanya sambil menyenggol lenganku.
“Raisa sendiri?”
“………” Raisa terdiam
“Lah, kok diem?”
“…….” Wajahnya tampak murung, wah gawat salah nanya nih.
“ya udah, maaf-maaf.. udah tanya yang aneh-aneh..”
“Gak papa,.. tapi kamu janji jangan cerita ke siapa-siapa ya..”
“iya-iya..”

Raisa mendekatkan badannya, lalu bercerita tentang gagalnya hubungannya dengan Kamga dan Keenan, mantan pacarnya (Maaf bro, isi curhatannya ga bisa gue ceritain, karena udah janji sama Raisa hehe). Aku Cuma mendengarkannya dengan sabar, sambil menepuk-nepuk pundaknya. Raisa tiba-tiba menyenderkan kepalanya di bahuku, dia menangis tertahan. Aku bingung, hanya bisa membelai-belai kepalanya.
“makasih ya udah mau dengerin..”
“iyaa..”
“jangan cerita ke siapa-siapa ya dannnn..”
“suer2” aku mengacungkan dua jariku

Raisa mendekatkan wajahnya sambil tersenyum

Sekarang bibirnya sudah sangat dekat, kalau aku mau aku bisa saja menyosor bibir sensual itu. Namun terdengar sayup-sayup suara ibuku, memperingatkanku agar tidak berbuat nekat. “Sabar dan.. come on dan. . sabar.. ingat siapa dirimu nak.. dia adalah penyanyi terkenal seindonesia.. sementara kamu hanyalah seorang mahasiswa smester 6.. “

Tiba-tiba Raisa mengecup bibirku dengan lembut, aku terkejut. What the? It is a dream? I Had Never been kissed, and finally my first kiss is.. her? Aku mencoba mengimbangi dengan mengulum bibirnya.
“mmmh..” Ia melenguh pelan sambil melingkarkan tangannya di leherku, aku membelai rambut dan pipinya lembut. Tiba-tiba Raisa melepaskan ciumannya.

“Wah sial, aku udah dibohongin sama Grace” kata Raisa sambil manyun
“Hah?”
“Katanya kamu itu homo, gak suka cewek” (baca: Dan: Clothed Female Naked Male)
“Fitnah itu.. biasa selebritis kampus banyak digosipin” Oh, akhirnya aku tahu alasan kenapa Raisa mengundangku ke kamarnya, nyuapin aku, dan curhat-curhat segala.

Wah, sialan nie Grace menyebarkan gosip biadab!!! Tapi berkat dia, aku jadi dapat rejeki nomplok wakakaka

“Yah, hilang deh ciuman pertamaku, ayo tanggung jawab..” kataku sekenanya
Kening Raisa berkernyit “Oh Really?”
“Yah, tapi gak papa lah.. ikhlas.. ikhlas haha”
“But you’re a good kisser hihi” raisa tersenyum, manis sekali.
“Hehe.. awas nagih..” kataku
“Wah.. udah terlanjur nih..”kata Raisa (bayangin bro kata raisa sudah terlanjur haha)

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bibir kami sudah saling melumat. Aku merasakan lidahnya mencoba masuk ke dalam mulutku, aku pun menyambutnya. Tak lama kemudian lidah kami saling membelai. Ah, ciuman kali ini sepertinya lebih bernafsu.


“Sadar nak Sadar… Insyaf…” terdengar suara ibuku dari dalam lubuk hati
“Udaaaah… inilah saat yang tepat buat melepas keperjakaanmu” tiba-tiba terdengar suara Maria Ozawa dalam bahasa Indonesia entah dari mana.

Raisa memelukku erat, aku membelai rambutnya yang lurus sepunggung. Raisa melepas ciumannya, menatapku sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum dan menyosor bibirnya. Raisa menghindar, menolehkan kepalanya sambil tertawa, pipinya yang putih bergetar-getar lucu. Karena gemas, kucium saja pipinya itu, lembuuuut kaya marshmallow gaan^^ “Mmmmh.. “ raisa melengguh sambil tersenyum, ia memegang kepalaku dan mengarahkan ke lehernya.

Aku mengerti apa maksudnya. Aku menyibakkan rambutnya, harum dan segar. Aku menciumi leher Raisa yang putih. “Aaaaah.. dan…” raisa mulai mendesah-desah, ia membekap kepalaku erat, sambil membelai rambutku. Tanganku melingkar menusap-usap punggungnya lembut.

“Mmmh… oh… umh..” desahan Raisa membuatku khilaf bin nafsu, Tanganku meremas payudaranya dari luar t-shirt, raisa tidak menggunakan BRA rupanya –gila ternyata raisa kalo lagi di kamar jarang menggunakan bra-.

“Danny… aaah… jangan dan..”
Aku menjilati leher raisa turun ke arah tulang selangka-nya, menghisap-hisap pelan dada-atasnya yang menonjol dari leher bajunya yang longgar.
“Aaaaah” Raisa mendesah, kepalanya mendongak, lehernya yang putih terpampang di hadapanku. Aku langsung menerkamnya dengan buas.

“Daannn! Jangan!!” Raisa mendorong tubuhku keras ketika aku mencoba menggigit lehernya.

Duh, gawat… aku khilaf.. kalau dia lapor ke Grace atau Manajer-nya gimana nih.. bisa-bisa aku masuk penjara karena pelecehan seksual..

“Jangan dibuat cupang napa dan…” raisa tampak kurang senang. “Kan gak enak nanti sama yang lain.”
“Iya.. maaaf2.. aku khilaaaf”
“iih.. duuh, ada bekasnya ga?” raisa tampak panik, memeriksa lehernya
“aman.. gak ada kok..”
Raisa tidak percaya, ia bergegas berlari ke arah kaca di kamarnya. Meninggalkanku yang pucat pasi.
Duh, rasaya aku ingin kabur dan bersembunyi di pedalaman Papua.

Aku sedang membayangkan naik pesawat twin otter di Puncak Jaya, ketika Raisa kembali duduk di sampingku membuyarkan lamunanku.

“Ih Danny nakal banget siih..” kata Raisa
“Iya.. maaf maaf..”
“Huu.. jangan bikin cupang-cupang dong, nanti di kira cabe cabean gue, lagi pula kan gak enak kalau dilihat orang” kata Raisa
“Maaaf.. jangan bilang-bilang yaa nanti ketahuan..”
“Hihihihi.. gak mungkin kali aku bilang-bilang, bisa hancur reputasiku. Kamu kali yang bilang-bilang” Kata Raisa
“Ya elah, mana mungkin aku bilang-bilang ke orang. Aku cerita-pun ga ada yang percaya, paling-paling diledek: bukan sama Raisa, sama Raimond kali”
“Hehehe.. kamu lucu juga ya..”
“hehe” aku tersenyum terpaksa
“Jago lagi, dibanding Kamga sama keenan, kamu lebih jago tahu..” kata Raisa (Buset, gue dibandingin sama mantannya)
“Ah, yang bener?”
“Iya, bohong ah kalau kamu masih virgin, hayooo belajar dari mana?” selidik Raisa
“Emm eh.. belajar ama Miyabi, Sora Aoi, Rin Sakuragi, Sasha Grey, Brandibelle, Nicole Graves..” aku menyebutkan segenap nama bintang bokep
“Hihihihi…” Raisa Tertawa geli
“kenapa?”
“Kamu polos banget siiiih” Raisa tiba-tiba meremas-remas pipiku gemas
“Eh, jangan.. nanti gue.. eh aku khilaf lagi..”
“Khilaf juga gak papa kok dan hehe” Raisa berhenti meremas pipiku, ia tersenyum, mentatap mataku lembut. Raisa membelai rambutku, mengecup keningku. Sejenak kemudian, kami sudah berciuman bibir sambil berpelukan di sofa itu. Lembut, lama sekali.

Aku berkata pada dalam hati: Jikalau ini mimpi, aku tak ingin terbangun.

Aku membelai rambut Raisa, mengelus pipinya.

“Kamu yakin ga khilaf?” aku teringat kembali perbedaan kasta di antara kami.
Raisa tersenyum dan mengangguk.
“Kenapa?”
Raisa tersenyum dan menggeleng.
“Hah? Kok Cuma ngangguk dan geleng-geleng?”
Raisa tersenyum, mengangguk dan menggeleng.
Aku bingung. Aku teringat Oom Sigmund Freud pernah mengatakan “Wanita adalah makhluk yang sulit dimengerti, karena ia sendiri tidak mengerti apa yang diinginkan dirinya sendiri.”

“Kamu janji ya Dan, apapun yang terjadi malam ini cuma rahasia kita.”
“Iyaa.. lagian siapa yang mau percaya aku ngapa-ngapain sama Raisa.”
“Hihi iya,. Paling kamu dikira sama Raimond.”
“Atau Rahmat.”
“Hihihi.. kamu lucu banget siiih” Raisa menciumi wajahku. Kusambut ciumannya.

“Mmmh.. mhh” kedua bibir kami saling melumat, Kuberanikan menyusupkan tanganku ke balik kaus-nya.

Aku langsung mencoba membuka baju Raisa, dan membuka-nya seperti yang biasa kubaca di krucil.com. Ternyata praktek lebih susah dari teori.
“Hihihihi” Raisa tertawa manis.
“Hehe.. maklum masih nubie..” kataku.
“repot banget sie… sini” Raisa membuka kausnya dan melemparnya ke wajahku. Dadanya yang begitu indah berwarna putih, yang bulat sempurna. Putingnya berwarna coklat muda, -mendekati pink mungkin- terkapar di depan mataku. Aku melongo.

“Hihihi.. awas serius amat.. awas jantungan loh..”kata Raisa
“Wah, kalau gue.. eh aku mati di sini.. aku gak bakal nyesel”
“Haha.. ada aja sih jawabanmu..”kata Raisa

“Hihihi… ngeliatinnya sampai sebegitunya, biasa aja kali.. Punyaku juga gak gede-gede amat kok” Raisa memainkan payudaranya di depanku.
“Ya elah, Gimana mau biasa aja.. paling banter aku ngeliat toket-nya Miyabi” Aku hendak menyosor puting Raisa, tetapi dicegahnya.
“Eit-eit, kamu buka juga dong dan biar adil…”kata Raisa
“Yaaah,.. jangan deh.. tar kamu gak nafsu liat dadaku” kataku asal
“Kenapa?”
“Banyak bulunya.. kurang tulisan ‘welcome’ aja jadi keset dah”
“hihihi.. asyik dong” Raisa tertawa, manis sekali.

Raisa membuka kausku, aku manut saja.

“wah, seksiii bangeeet!!!” Raisa malah memainkan bulu dan puting dadaku. Geli. Aku ikut memain-mainkan putingnya. “Mmmmh” Risa melengguh, matanya memejam, ditariknya kepalaku ke wajahnya.

Kamu berciuman lagi sambil berpelukan dengan erat. Payudara-nya yang kenyal menempel di dadaku.
Tangan Raisa memeluk erat kepalaku. Bibirnya melumat bibirku dengan rakus. Aku mengimbangi permainannya, kugigit lembut bibir bawahnya. Raisa membalasnya dengan menyapukan lidahnya ke bibirku. Aku mengerti isyaratnya, kusambut lidahnya dengan lidahku.

“Mhhh.. mhhh..” suara kami tidak jelas.

Di bawah, tanganku asyik meremas-remas kedua payudara Raisa, putingnya kupilin lembut.

“Ooooh..” Raisa berteriak, kepalanya mendongak, ciumannya terlepas. Langsung kusergap lehernya yang jenjang itu. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini aku hanya menjilati pelan lehernya yang berwarna putih. Lidahku menari-nari lincah sampai belakang telinganya.

“Aaah.. dannn aaah..” Raisa hanya mendesah-desah keenakan. Matanya terpejam. Tangannya mendekap erat kepalaku, diarahkannya ke bawah –ke arah payudaranya-. Aku paham maksudnya. “Ohhh..” Raisa berteriak, saat kugigit lembut dadanya yang kenyal. Matanya terpejam, tubuhnya mulai bergerak liar.

“Aaaaw.. dannnnnnnnnnn “ Tiba-tiba dibekapnya kepalaku di antara belahan dadanya. Jujur saja aku jadi sedikit sulit bernafas.

“Hhhmh.. mhaku nggak mbihsha nahfas….” (maksudnya: aku gak bisa nafas)
“Oooh.. ohh.. eh apa”
“set, semangat banget.. awas aku kehabisan nafas…”
“hehehe.. maaf2..” kata Raisa

Hampir saja aku masuk koran Meteor Jogja “Gara-gara Nyusu, Seorang Mahasiswa Tewas di Kamar Hotel Artis Cantik.”

“Lanjut?” kataku.
Raisa hanya mengangguk lemah.
Kali ini aku menggarap payudara kanannya. Lidahku bergerak pelan memutari payudaranya. Pelan-pelan menuju tengah –ke arah putingnya-

“Ooogh..” Badan Raisa terangkat saat aku mengulum putingnya. Kali ini aku mempraktekkan ilmu yang kudapat dari suhu-suhu sekalian: aku mengulum puting susu Raisa, kutarik ke atas pelaan.. lalu kulepaskan… kuhisap lagi, kutarik lagi, lalu kulepas.. (bisa dibayangin ga bro?) seolah-olah bermain-main dengan birahi Raisa.

“Aaaah.. dann… daaaanny.. kamu.. belajar.. di.. manaaa?” kata raisa
“Uh.. sama.. suhu-suhu.. di krucil…” aku tidak bisa berpikir jernih
“Aaah.. apa? Ooooh!!” Raisa mulai menikmati
“AAAAH.. daaaaann..” Raisa tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, punggungnya melengkung ke atas, kepalanya mendongak, matanya menatap langit-langit dengan nanar. Aku mempercepat kulumanku. Tubuhnya bergerak-gerak liar. Inikah namanya orgasme? Tak kusia-siakan kesempatan ini (kalau di game namanya serangan critical) segera kuarahkan tanganku ke arah vagina Raisa.

“Ohh ohh” badan Raisa melengkung ke atas. “Dan.. jangan.. aaah” tangan Raisa mencoba menepis tanganku. Aku tetap nekat, kuberanikan menyentuh kemaluan Raisa dari dalam. Aku bisa merasakan bulu-bulu halus, saat kutelusupkan tanganku ke balik celana dalamnya.

“Oooh…” Raisa mulai mendesah-desah saat jariku membelai bibir vaginanya yang sudah basah dengan lendir. Jariku menyentuh tonjolan daging yang tegang. Raisa menggelinjang hebat setiap kali aku menyetuhnya.

Raisa tiba-tiba meraba kemaluanku, sepertinya ia terbawa nafsu. Tangannya merogoh ke dalam celana ¾ yang ku kenakan. Karena aku orangnya pengertian, maka kupelorotkan saja celana luarku. Tangan Raisa langsung merogoh ke dalam celana dalamku dan meraih batang penisku yang berdiri tegak sejak sedari tadi.
“Eit-eit, kamu buka juga dong…” cegahku.
“iiih ikut2an aja..” wajahnya manyun, tapi tetap lucu.

Raisa menurunkan celana panjang batiknya. Terpampanglah kedua pahanya yang putih dan mulus. Aku menelan ludah melihat tubuh Raisa yang putih dan langsing, hanya ditutupi celana dalam hitam dengan pinggiran merah muda.

“Itu ga dibuka?” kataku
“Enggaaa!” kata raisa
“kenapa? Ada tulisan ‘welcome’nya ya? hehehe”

“Ugh” Raisa mulai mengocok batang penisku. Aku mengimbanginya dengan memainkan clitoris-nya.

“Ah.. ah.. ah.. dannn.” Raisa menjerit-jerit seiring ritme pijatan yang kunaikkan. Raisa memeluk tubuhku erat. Matanya terpejam seperti kesakitan, wajahnya memerah. Tubuh Raisa kejang-kejang hebat dalam pelukkanku. Aku merasakan cairan hangat keluar di antara selangkangannya.

Raisa terenggah-enggah, tubuhnya basah oleh keringat. Rambutnya tergerai di atas sofa. Raisa tersenyum ke padaku, ia merangkul leherku. Kami berciuman lagi, ia memelukku erat sehingga sekarang posisi tubuhku menindih tubuhnya.

Secara naluriah, aku menggesek-gesekkan kemaluanku yang masih ditutupi CD.

“Hihihi” Raisa tertawa.
“Kenapa?”
“Salah posisi tuh” Raisa membuka pahanya, mengarahkan batang penisku ke selangkangannya.
“Oh, sekarang sudah pas?’
Ia mengangguk sambil tersenyum. Aku menggesek gesekkan batang penisku ke selangkangannya.
“Oooh..” Raisa terpejam keenakan.

Aku mengecup bibirnya, dan kami saling melumat. Raisa melingkarkan lengannya di punggungku. Kedua pahanya memeluk pantatku erat. Tubuh kami saling bergesekan, aku merasakan dadanya yang kenyal basah oleh peluh. Oh, jadi yang seperti ini namanya petting ya

“Hah.. hah.. hah..” Wajah Raisa Raisa memerah.
“Ugh ugh” aku terus memompa, tubuh kami basah oleh peluh.
“Hah.. dan… mmasukin aja…
“Yakin?” Aku ragu, yang di depanku ini penyayi wanita top, bung!
Raisa mengangguk lemah. Ia memelorotkan celana dalamnya. Sekarang ia terbaring tanpa ditutupi sehelai benangpun. Raisa tersenyum kepadaku, dan membuka pahanya. Aku bisa melihat vaginanya dengan jelas, rapat berwarna pink. Diatasnya tumbuh rambut halus.

Aku memelorotkan celana dalamku. Batang penisku yang tegang mengacung gagah.

"waw .. amazing.. punya kamu danny.."kata raisa
"emang kenapa raisa???"
"punyamu lebih besar dari pada mantan aku.., hehe" kata Raisa
"wah serius . ."
"iya suer deh suer., bakalan puas nih aku malem ini hehe" kata Raisa sambil tertawa manja gitu deh

Sejenak aku terdiam. Tinggal selangkah ke seberang untuk melepaskan keperjakaanku.
“Raisa..”
“Apa?” kata Raisa
“ini bukan mimpi basah kan?” Aku mulai berpikir bahwa jawaban logis kenapa seorang artis setenar Raisa mau ML sama aku adalah: bahwa seluruh cerita ini dari awal hanyalah mimpi belaka.
Raisa mencubit kepala penisku “sakit ga?”
“Aduh, iya sakit”
“Berarti kamu ga mimpi sayang”kata raisa

“Raisa..”
“Apa?”
“Kamu harus ingat, yang ngambil perjaka-ku kamu lho..”
“Hihihi..” iya malah tertawa, wajahnya yang seksi menggoda dan cantik dipenuhi keringat. “Ayo kalau kelamaan, malah jadi perjaka seumur hidup lho”bentak raisa

Kesempatan terakhir untuk melepas keprjakaanku nih. Aku menggesek-gesekkan mulai kepala penisku ke bibir vaginanya. Raisa terpejam keenakan.

Aku mencoba memasukkan penisku kedalam liang vagina Raisa yang basah oleh lendir. Licin, susah banget masuknya.

Raisa tersenyum
“Hehe.. maklum masih nubie..” kataku
Raisa membimbing kepala penisku memasuki vaginanya. Bless, kepala penisku tertelan. Terasa hangat dan basah

“OOOhhh” Raisa menjerit perlahan, ia menggigit bibir bawahnya, tangannya menggenggam bantalan sofa. Aku mendorong penisku memasuki lubang sesat itu, terasa licin dan sempit. “Ugh..” aku kegelian, sensasi ini baru pertama kali kurasakan. Lebih nikmat dari coli dengan menggunakan mentimun yang dihilangkan isi-nya.

Sekarang penisku sudah terbenam seluruhnya dalam liang vagina Raisa.

HASTA LA VISTA VIRGINITY
Selamat tinggal keperjakaan
Selamat tinggal 21 tahun penuh penantian
Selamat tinggal mentimun laknat!


“H.. h.. h.. yah udah ga perjaka deh” kata Raisa sambil tersenyum manja
“Gak papa.. kalau hilangnya sama kamu”Aku mengecup keningnya. Raisa tersenyum, tangannya dilingkarkan di leherku. Ia mengecup bibirku lembut. Tak lama kemudian kami sudah saling menghisap dan membelai.

Secara naluriah aku menggerakkan pinggulku,
“U,mmmh…” desahan Raisa tertahan di bibirku

Aku merasakan batang penisku dipijat oleh dinding vagina saat penisku keluar-masuk vagina Raisa. Aku menarik keluar penisku, menghujamkannya lagi ke dalam.

“Ohhh.. dan.. aah..”
“Uhmh.. ah.. uhhh.. ahhh”
“Oooh ohh,. Terus dan terus.."kata raisa yang mulai mendesah
“Oh.. oh… iyah”
“Ahh.. ah.. gitu.. terus daaaan..”kata raisa
“Gini?”
“Iyaah.. lebih cepet daaaann! aah.. aah uhh uhhh aah..” raisa mulai mendesah tidak karuan

Tubuh telanjang kami bergesekan dengan liar. Tangan Raisa memeluk erat punggungku, sementara pahanya dilingkarkan di pantatku. “Plok.. plok.. plok…” suara kedua paha kami yang beradu terdengar kencang seiring kunaikkan RPM kocokanku. Suara yang biasanya hanya kudengar di bokep kini terdengar begitu nyata.

Penisku terasa geli sekali di dalam sana. Aku merasa aku akan ejakulasi. Aku teringat saran dari para suhu untuk berkonsentrasi membayangkan hal lain. Aku membayangkan hal-hal yang aneh saja. Aku tidak jadi ejakulasi.

“Oh.. aaaaah… aaaah..” Raisa berteriak-teriak.

Aku melirik wajahnya, kulitnya bersemu merah dipenuhi oleh butiran keringat. Ah, Raisa bertambah cantik dan seksi apa bila sedang terangsang. Matanya terpejam, bibirnya yang seksi menggap-menggap. Karena nafsu langsung kulumat saja bibir itu

“Mmmmh…”
“Mmmh mmmh”
“Ammmh..”
“Hmm mhhp”

Hanya lengguhan tertahan yang terdengar di tengah pergumulan kami. Tangan kiriku bertumpu pada sofa, semntara tangan kananku meremas payudara Raisa. Ia mengernyitkan keningnya.

“Aaaaaaa!!” Raisa berteriak panjang, ia menjambak rambutku.

Aku merasakan didnding vagina Raisa berkedut-kedut bagaikan menyedot batang penis-ku

“ugh.. ugh.. aku.. mau keluar nih..” kataku
“Aaah.. aaah.. tahan.. sebentar.. daan.. aku bentar lagi”. Kata Raisa, pelukannya semakin erat.

Aku tak mau mengecewakannya. Aku segera membayangkan hal lain: bokep maho yang tak sengaja kutonton tempo hari (baca: Jay: Clothed Female Naked Male ),, tapi nafsuku malah menjadi. Hah? gawat!!. Segera kualihkan pikiranku pada wajah guru Fisika-ku waktu SMA.

“daaaan… aaku… keluar… aaaah aaaah…!!!” Raisa berteriak, tubuhnya bergerak-gerak liar. Mengejang-ngejang hebat dalam pelukannku. Ia memeluk tubuhku erat, sangat erat sampai kukunya mencakar punggungku.

“Aaaa.. aaaaaaa..” Raisa menjerit panjang. Wajahnya memerah dan begitu seksinya.

Aku merasakan otot-otot dinding vagina Raisa berkontraksi. Penisku disedot serasa disedot oleh vakum cleaner.

“Raisaaa.. aku juga kkee..luaaar” aku berteriak
“Hahh haah.. keluarin di luar daaann”

Aku segera mencabut penisku. Tubuhku mengejang. Akhirnya kutumpahkan spermaku di atas perutnya Raisa Andriana. Tungkaiku terasa lemas sekali, lalu aku ambruk ke atas tubuh Raisa.

“Hhhh.hhh…. h…” kami terenggah-enggah. Tubuh telanjang kami yang dipenuhi peluh (dan pejuh) saling berpelukan. Raisa membelai punggungku lembut. Aku mencium pipinya yang mulus. Ia tersenyum.

“Makasih ya sayang..” Kata Raisa

What?! Dia me memanggilku ‘sayang’

“Hmm iya sayaang” aku ikut-ikutan deh
“Hihihi” Raisa ketawa deh

“Raisa..”
“Apa?”
“ini bukan mimpi basah kan?” Aku kembali berpikir bahwa jawaban logis kenapa seorang artis setenar Raisa mau ML sama aku adalah: bahwa seluruh cerita ini dari awal hanyalah mimpi belaka.

“Mungkin” katanya sambil tersenyum nakal
“Yaaah…” kataku
“kenapa? kecewa ya?” kata raisa
“Coba mimpi basah-nya sama Farah Quinn” kataku
“Huuu, pasti kamu suka Farah Quinn karena dadanya lebih besar yah dari pada aku?” Raisa memukul mukul dadaku.
“Hehehe canda-canda.. udah mending mimpi basahnya sama Raisa, daripada sama Ivan Gunawan”
“Hihihi.. kamu kocak banget sih, kenapa engga ikut standup aja haha” Kata raisa
“Hehe.. siapa dulu dong, Dannny gitu loh…”
“Tapi..” kata Raisa
“Tapi apa?” aku penasaran
“Kalau kamu mimpi basah sama Ivan Gunawan, kamu pasti mau” goda Raisa

Aku melotot.



RAISA: ACT 3

Ternyata yang terjadi malam itu bukanlah mimpi. Setelah kami membersihkan tubuh, kami masih berbincang-bincang sambil telanjang bulat. Raisa mengatakan bahwa kalau sendirian di rumah, dia biasa tidak mengenakan apa-apa lagi. Aku hanya manggut-manggut. Aku menceritakan pengalamanku ditelanjangi oleh teman-teman (baca: Dan: Clothed Female Naked Male ), dan pergi ke nudist resort di Bali (baca: Nudist Resort . Raisa tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

“Bentar Dan..” raisa beranjak.

Aku bingung, sejenak kemudian Raisa memanggilku. Ia sedang mengutak-atik laptop, tak lama mengalun sebuah lagu. Aku tahu lagu itu dinyanyikan Raisa, tapi aku tak tahu judulnya. Not a big fans of her,.. umm at least before this night hehe

Raisa menggamit lenganku.

“Shall we dance?” katanya sambil tersenyum. Raisa melingkarkan lengannya di leherku. Aku memeluk pinggangnya lembut. Kami berdansa pelan dengan tubuh yang tak tertutup apapun.

Lamat-lamat terdengar lagu memenuhi ruangan.

“kupersembahkan cintaku
Rasa-rasa terdalam
Sejuknya awalku
Bila di dekatmu
Kuingin berada di dekatmu”

"dann.." kata Raisa
"yaaa?" jawabku...
"Jangan pulang dulu ya.."
"........."
"Tadi kita kan baru main satu gaya hehehe.." Raisa tersenyum nakal
aku menelan ludah, penisku berdiri lagi dengan gagahnya.
"lah kok.. lah kok.. udah bangun lagi aja hehe" Raisa tersenyum nakal

Aku membuka-buka kulkas kecil di kamar hotel Raisa, ada berbagai macam minuman. Aku mengambil satu kaleng coca-cola, lumayan mumpung gratis (keliatan banget mahasiswa gak modal wkwkwk). Buru-buru aku meminumnya sambil memperhatikan Raisa yang sedang mengeringkan tubuh telanjangnya. Rambutnya masih basah setelah mandi, tergerai menutupi payudaranya yang ranum. Ugh, penisku yang tidak ditutupi apa-apa jadi setengah berdiri.

“Dann, kamu bobok di sini ya..” kata Raisa
“Uhuk… uhuk..” aku tersedak, coca-cola yang kuminum berhamburan di lantai.
“Iyaa.. plis plis plis.. besok aku kan udah balik ke Jakarta” kata Raisa
“Aku sih mau aja, tapi tar kalau ketahuan Manajer kamu gimana? Kalau ketahuan sama panitia yang. lain? Kalau ketahuan pak RT? Pak hansip? Pak lurah? Kan bisa berabe.”
“Iiiih.. tuh kan ada aja jawabannya” Raisa cemberut. “ udah, pagi-pagi banget kamu balik ke kamar kamu.”
“Hmm males ah” godaku.
“Ihh kamu gitu deh..” kata Raisa dengan muka cemberut
“hehe canda canda.. kapan lagi bisa nolak artis cantik.. aku pinjam kamar mandi ya”
“Hehe.. pake aja danny” Raisa nyengir.

Aku segera ke washtaffel, membuka plastik sikat gigi yang disediakan hotel (gratisan euy) malu nanti kalau bangun tidur nafas bau naga.


Aku mandi sebentar, sambil membayangkan tidur sama Raisa, asyik asyik . Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan di pinggangku.

Hah? Raisa terbaring di atas ranjang king size itu tanpa busana.

“Buset dah, gak takut masuk angin?
“Hihi.. biasa kali aku tidur bugil.. di luar negeri juga orang-orang pada tidur bugil” kata Raisa
“Yaaaah, aku mau dah jadi selimutnya”
“Hihihi.. mau dong diselimutin kamu..” Kata Raisa
“Asyiiik”

Aku segera melemparkan handuk itu ke lantai, dan melompat ke atas ranjang. Aku menggelitiki Raisa, ia menggeliat kegelian, kemudian tubuh telanjang kami saling berguling-guling di atas kasur yang empuk itu. Kami saling berpelukan dan bersenda gurau.

“Udah-udah… capek nie.. bobok yukk..” kata Raisa
“Hehe.. yuk.. yuk..”

Raisa memutar tombol di samping tempat tidurnya, lampu di kamar itu meredup. Kami berbaring berhadapan, Raisa memelukku lembut, aku melingkarkan tanganku di pinggulmya.

“Met Bobok suamiku sayang..” Raisa tersenyum, indah sekali.
“Uh.. eh.. iya.. met bobok juga i-i-istriku sayang..” aku grogi dipanggil begitu.
Raisa tersenyum dan memejamkan matanya. Aku mengecup keningnya, Raisa mempererat pelukannya.

Para pembaca nan budiman, di depanku sekarang sedang terbaring lelap seorang bidadari. Matanya yang indah kini terpejam, wajahnya terlihat damai dan mendamaikan hati siapapun yang melihatnya. Aku melirik ke bawah. Dadanya yang indah naik turun seiring nafasnya.

Aku menelan ludah, mencoba memejamkan mata. Tapi jantungku berdebar kencang. Seumur-umur, baru kali ini aku tidur bareng cewek selain ibuku. Aku mencoba merilekskan pikiran, tapi 30 menit berlalu aku tidak bisa tidur juga, malah ‘si jonny’ di bawah berdiri.

“Hihihi.. ada yang bangun tuh..” kata Raisa, rupanya penisku yang tegang mengenai perutnya karena sudah semakik tegang.
“Eh.. lum tidur? tanyaku
“belum..” jawabnya Raisa
“Dari tadi lum bobok?
Raisa menggeleng.
“Kenapa?” aku bertanya lagi.
“Grogi sih bobok sama kamu..” Ia tersenyum nakal.

Aku mengecup keningnya.
Raisa tersenyum.
Aku mengecup pipinya.
Raisa tersenyum lagi.
Aku mengecup bibirnya, lembut sekali.
Raisa membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.

Aku melumat bibirnya dengan gemas, Raisa tidak mau kalah. “Mmmh.. mmmh mhh” kami berciuman sambil saling membelai. Penisku sudah tegang tidak karuan, duh langsung saja kugesek-gesekkan ke perut Raisa. Tanganku meremas payudara Raisa yang tidak seberapa bear, namun bulat dan kenyal.

“Uhhh.. ahhh.. dan… jangan..” Raisa menepis tanganku dan membalik badannya, membelakangiku.
“Kenapa?”
“Besok aja ya,. aku capek.. tadi kan abis nyanyi..” kata Raisa
“Yaaah..” Aku hanya bisa memeluk Raisa dari belakang. Kentang aku jadinya.

Aku menghirup nafas dalam-dalam, mencium rambut Raisa yang masih basah. tubuh Raisa yang baru mandi terasa harum dan segar. Si adek di bawah sudah hendak memulai pemberontakan menggulingkan akal sehat.

“Dann.. nakal ah kamu sayang..” kata Raisa ketika aku menciumi tengkuknya lembut. Lidahku menari-nari dibelakang telinga-nya.
“Dan… mmmh” Aku memainkan payudaranya dari belakang, putting-nya kubelai dengan lembut.
“Oooooh… ahhhh.. Dan..” Raisa menjerit pelan. Tanganku yang satunya meraba kemaluannya. Jariku memijat bibit vagina-nya, berputar-putar pelan. Aku merasakan perlahan vagina Raisa mulai basah. Kuberanikan memasukkan jariku ke dalamnya.

“Ooooh ahhh uhhhh oooh” Pantat Raisa mulai bergerak gerak sehingga menyenggol penisku yang tegang. Aku menggesek-gesekkan penisku ke selangkangannya.

“Aaaah..” mata Raisa terpejam, seperti kesakitan. Ia menolehkan wajahnya kebelakang. Langsung kusambut bibir sensual itu. “Mmmh… mmh…” aku mencumbu Raisa dari belakang, tak lama tubuh Raisa mengejang hebat, aku memeluknya erat. Aku bisa merasakan cairan mengalir deras dari vaginanya.

“Hhh… hh haah.. hhh”
Aku sekarang mencoba menggesek-gesekkan kemaluanku ke bibir vaginanya.
“Ohh..” Raisa sepertinya mengerti, ia mengarahkan penisku ke dalam vaginanya.
“Ugh..” penisku sekarang sudah terbenam ke dalam liang yang basah itu.

Asyik.. Round 2 START!! Jreng.. jreng…

Aku mulai memompa tubuh Raisa dari belakang, dalam posisi Spooning. (Asyik, akhirnya praktek hehe)

“Ohh.. ohhh. Ohhh.” Raisa menjerit jerit saat aku menghujamkan penisku. Tanganku memeluk Raisa dari belakang sambil meremas payudaranya. Tengkuknya yang putih kuhisap tanpa ampun.

“Ah.. ahhh..” Aku menyodok vagina Raisa dari belakang
“Ugh.. ugh..” Raisa Mendesis
“Ohhh.. ohhh.. eh?” penisku terlepas


Aku mulai menyodok vagina lagi.
“Mmmh… oooh Dann!”
“Ugh.. ugh..”
“Ohhh.. ohhh.. eh?” penisku terlepas lagi


Aku mulai menyodok vagina lagi.
“aaaaaaaa!!!” Raisa menjerit keras.
Ternyata salah lubang hehe.


Para pembaca nan budiman, ternyata praktikum lebih sulit daripada teori. Kesimpulannya posisi Spooning ini masih terlalu susah nuntuk seorang nubie.

Raisa tersenyum, dan berbalik. Aku Cuma nyengir, dan menjawab dengan jawaban standar: “maklum masih pemula hehe.”

Raisa mendorong tubuhku sehingga telentang, ia menatapku dengan nakal. Aku menelan ludah.
“Ooooh” Raisa mulai menciumi leherku dengan buas, pelan-pelan ciumannya turun ke dadaku. Putting susunya dijilatinya tanpa ampun. “Oooh.. ohh.” Aku menjerit-jerit kegelian.

Bibir Raisa yang indah menari menuruni perutku yang berbulu, sesekali digigit-gigitnya perutku lembut. Tangannya yang mungil membelai kejantatanku. Yeah, I know where its going: Raisa menatapku dengan tatapan yang paling nakal, sebelum mulai menjilati kepala penisku.

“Oooowhh.. “ Aku berteriak tertahan ketika Raisa mulai memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya. Sekilas kulihat Raisa tersenyum, ia seperti seorang anak kecil yang asyik menikmati eskrimnya. Bibirnya yang lembut melumat kemaluanku dengan lahap. Tanganku mendekap kepala Raisa erat, sambil menahan geli yang tak tertahan.

“Oooh.. oooh” aku mengap-mengap ketika Raisa menjilati pangkal kemaluaku, dan menghisap buah zakarku. Jemarinya lincah mengurut selangkangan sampai anusku.

“Oooowh..” aku merasakan sesuatu hendak keluar.
“Ammpuun.. ampun.. aku udah mau keluar” aku mendorong kepala Raisa, tidak mau ronde 2 ini terbuang sia-sia.

“Hehehe…” Raisa tersenyum, Ia duduk di atas perutku mengambil posisi WOT. Seperti biasa, aku hanya bisa menelan ludah.

Raisa membimbing kemaluanku memasuki vagina-nya. Sesaat kemudian aku bisa merasakan penisku memasuki lubang yang sempit bin legit.

“Mmmmh” matanya memejam sejenak, sebelum mamasang senyum termanis yang pernah kulihat. Malam itu wajahnya sangat cantik, tertimpa temaram lampu tidur, kedua payudaranya tergantung di atasku, indah. “Siap..?” katanya

Aku hanya mengangguk.

Raisa mulai menggerakkan pinggulnya seperti goyangnya dewi persik kalo sedang manggung, otot perutnya yang rata terlihat berkontraksi saat ia menggoyangkan tubuhnya di atasku.

Raisa tersenyum, tangannya bertumpu di atas dadaku. Raisa mempercepat goyangannya yang sangat yahuuud, dadanya berguncang-guncang hebat. Raisa memejamkan matanya, wajahnya merona merah, cantik dan seksi sekali.

“Uhmmmm” Raisa melenguh
“Ugh.. ugh..” aku merasakan penisku bagai di dalam lubang sempit yang lengket
“Ooooh…” Kepala Raisa menggadah
“Ummh..” Raisa semakin mempercepat goyangan pinggulnya.

Aku jadi semakin bernafsu, kuremas-remas dua bongkahan indah di dadanya itu. Raisa meringis, ia menggerakkan pinggulnya memutar seperti bur.

“Ooooh..” aku hampir tidak saja keluar, jika tidak segera membayangkan www.sukatoro.com
“Hihi..” Raisa tertawa kecil.

Raisa menggerakkan pinggulnya maju mundur lagi, namun tiba-tiba Raisa menggetarkan pinggulnya dalam ritme yang sangat cepat. Sebelum melambat, dan kemudian bergetar cepat lagi. “oooh” aku merem melek keenakan.

“Aaaah.. ah.. ah.. ah.. ah..” Raisa mulai mendesah
“Oooh.. oooh”
“Aahh.. ahhh”
“Uuhh.. uhhh”

Raisa menunggangi tubuhku dengan garang.

“Plak! Plak! Plak! Aku menepuk-nepuk pantatya, meniru adegan-adegan bokep Hardcore (Wkwkwkw dari dulu pengin mempraktekan adegan ini)
“Ouhh dann..”
“Ugh… ugh.. apa?”
“Mmmh.. mhhh” Raisa malah mengulum bibirku. Dadanya direbahkan ke atas dadaku.

“Mmmh, mmh,,” Suara erangan kami tidak jelas terdengar karena lidah kami saling membelai. Pinggul Raisa bergoyang cepat, payudaranya yang kenyal menggesek dadaku.

Aku melirik Raisa, Wajah Raisa yang putih kini bersemu merah, bulir-bulir keringat membasahi pipinya, padahal suhu ruangan itu cukup dingin.

“Ooh.. ohh.. ohh.. Dan…”
“A.. apa?”
“A… aku… mau keluar..”
“Ah..

Aku merasakan gerakan Raisa mulai tidak teratur, pinggul Raisa bergerak gerak liar, punggungnya melengkung.

“OOOH… OHHH. Daaaann!!” Risa berteriak, wajahnya memerah, tampak seperti kesakitan. Raisa memeluk tubuhku erat, sekujur tubuhnya mengejang hebat.

Aku merasakan dinding-dinding vagina yang basah Raisa berkontraksi, penisku seperti disedot vakum cleaner. Otot rahim Raisa berkedut kedut, menciptakan sensasi geli yang tak tertahankan.

“Oooo… aku… juga mau keluar… oh..”
“Aaaah.. aaah..” Raisa malah melumat bibirku.
“Ooooooooh” pantatku terangkat, ada sesuatu yang menyembur dari kemaluanku.

Kami saling melumat, tubuh telanjang kami saling berpelukan, bergetar hebat, dan mengejang bersama.

Raisa terbaring lemah di atas dadaku, nafasnya tersengal. Wajahnya yang cantik memerah, Aku membelai rambutnya, ia tersenyum kepadaku dan mengecup bibirku lembut.

Kami berciuman mesra, aku memeluk Raisa lembut.

“Nah lho.. danny nakal ya..”kata Raisa
“Hah?” aku bingung.
“Tadi dikeluarin di mana hayoo”kata Raisa sambil tersenyum
“Eh iya.. gawat.” aku tadi mengeluarkan spermaku di dalam vagina Raisa.
“Nah lho.. nah lho…” Raisa tersenyum nakal sambil menyentuh hidungku.
“Aduuh.. gue khilaf.. gimana dong?”
“Hihihi..”
“Kalau kamu hamil gimana?”
“Yaaah... tunggu aja..”kata Raisa
“Tunggu? tunggu apa?” aku bingung
“Tunggu aja berita di infotainment: pemirsa, benarkah ayah bayi yang dikandung Raisa, adalah seorang mahasiswa dari Yogyakarta…?” Raisa menirukan suara Venny Rose, pembawa acara gosip yang terkenal itu.
Aku Cuma merengut.
“Hihihi” Raisa tersenyum dan mengecup bibirku

Kami berciuman sambil membelai.
“Met bobok suamiku sayang..”
“Met bobok istriku” aku mengecup keningnya, sambil menyelimuti tubuh telanjang Raisa.

Kami berpelukan di bawah selimut. Malam itu aku tidur bersama seorang bidadari.


RAISA: ACT 04

Aku terbangun, hari sudah pagi. Aku khawatir bahwa aku terbangun di kamar kost-ku, dan semua ini hanyalah mimpi indah. Aku melirik ke samping, Raisa sedang tidur sambil memeluk dadaku. Wajahnya sangat damai, mungkin ia sedang bermimpi indah. Ku mengecup keningnya, ia terbangun

“Eh.. e.. met pagi suamiku..” Raisa tersenyum sambil mengucek matanya
“Met pagi Raisa sayang” aku mencubit pipinya.
“Mandi yuk, abis itu baru balik..”
“Hehehe” aku Cuma nyengir

Tak lama, tubuh kami sudah terendam dalam air hangat di bath tub. Kami saling bercanda sambil saling menyiram air. Payudara Raisa yang berwarna putih sedikit memerah terendam air hangat, membuat penisku tegang lagi. Raisa tersenyum, wajahnya cantik sekali.

Aku mengecup keningnya.
Raisa tersenyum.
Aku mengecup pipinya.
Raisa tersenyum lagi.
Aku mengecup bibirnya, lembut sekali.
Raisa membalas ciumanku, aku membelai rambutnya dengan lembut.

Kami berciuman dengan panas di bath tub, di akhiri dengan ronde ketiga yang singkat di lantai kamar mandi

Seelah berpakaian, aku membuka pintu kamar Raisa dengan khawatir, celingak.. celinguk.. hari sudah terang, namun di lorong hotel belum ada orang, aman.

Aku menoleh, memberi isyarat sampai jumpa pada Raisa.
Aku mengendap di lorong hotel.

“Woy Danny! Ngapain kamu dari kamar Raisa!!” Grace, seksi LO memergokiku.

:


Aku kaget bukan main, otakku yang encer berpikir cepat.
“Eng.. ini, habis nganter gudeg” alasan yang bodoh.
“Hah?”
“Oh, ini nota-nya” aku menyerahkan nota Gudeg Pawon ke Grace.
“Ck-ck-ck..” Wajahnya mengernyit.
“Deg.. deg.. deg” suara jantungku.
“Danny… Danny… beli gudeg aja semaleman… ngapain aja kamu? Cari banci dulu yah?”
“Iya.. eh.. anu.. kemarin antre lama banget,.. pas balik, Raisa udah bobok, kamu lagi belum apa-apa udah molor..”
“Hehehe..” Grace nyengir
“Udah ya, aku boker dulu”
“Ok2 thanx ya Dan.”

Aku langsung ngacir



RAISA: EPILOUGE


Aku menghisap rokok dalam-dalam, sudah beberapa bulan semenjak peristiwa itu. Aku selalu berpikir apakah semua ini hanya mimpi?

Ya, Raisa hanyalah mimpi bagiku. Raisa adalah bidadari yang hadir dalam mimpiku, dan lenyap ketika aku terbangun.

“Woy, ngelamun aja.. loe pesan apa Dan?” kata temanku.
Malam itu, aku dan teman-teman kost-ku sedang nongkrong di ‘Burjo’, yakni suatu warung yang buka 24 jam dan menjual macam-macam makanan: tante (indomie TANpa TElor), intel (INdomie TELor), Josua (Extra JOSs pakai SUsu), dan berbagai macam gorengan.

“Oh, Eh.. Tante satu..” kataku sambil menghisap lagi rokokku. Pikiranku melayang, aku tidak bisa melupakan hari terakhir Raisa di Yogyakarta.


*******

Siang itu aku mengantarnya ke bandara Adi Sucipto. Karena harus menyelesaikan masalah Fee, Grace dan Manajer Raisa menyusul kemudian. Asyik, aku semobil berdua dengan raisa. Sepanjang perjalanan kami berpegangan tangan, erat, seolah tidak akan bertemu lagi.

“Sampai jakarta jangan lupa SMS aku ya..” kataku
Raisa mengangguk, “Dan,.. kamu jangan lupain aku ya” wajahnya tampak sedih
Aku mengangguk, “Raisa, kamu.. jadi pacarku aja..”

What the… aku tak sadar sudah mengucapkan kata itu. Gawaat,.. ingat bung! Siapa dirimu? Siapa Raisa! Tahu diri bung!

Raisa terdiam, lama. Ia menoleh kepadaku.
“Maafin aku ya Dan, aku gak bisa”
Aku menghela nafas, ya aku bisa menerimanya. Raisa adalah seorang artis terkenal yang karier-nya sedang menajak, sementara aku hanyalah mahasiswa yang masa depannya tidak jelas. Aku saja yang berharap terlalu banyak, mengartikan one night stand semalam, dengan perasaan cinta. Thats okay

Lama kami saling diam, kaena suasana tidak enak, aku menyalakan radio. Tiba-tiba Raisa terisak tertahan.

“Jay.. maaf.. maafin aku.. huk.. huk” Raisa menangis tersedu, air matanya menetes.
“Enggak.. enggak papa kok, aku sudah biasa kali ditolak” aku menepuk-nepuk kepala Raisa
“Bukan.. bukan itu” tangisannya pecah di pundakku

Raisa bercerita kembali tentang gagalnya hubungannya dengan Kamga dan keenan. Bahwa dilubuk hatinya masih tersisa sakit yang teramat. Aku membelai kepalanya, aku bisa mengerti perasaannya.

“Para akademia, untuk yang lagi galau, akan kami putarkan sebuah lagu dari Raisa yang berjudul Terjebak Nostalgia” suara penyiar radio memecah keheningan.

Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu
Namun aku takkan pernah bisa,

Ku Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia

Semua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri ku di sini



*******


Tanpa terasa mataku berkaca-kaca mengingat peristiwa itu. Rokokku sudah habis. Aku hanya bisa diam, sambil memandangi layar TV di pojokan yang sedang menayangkan acara Talkshow Hitam Putih yang dipandu Deddy Corbuzier.

“Jiah, bengong aja! Kalo loe gimana Dan? ” temanku bertanya
“Hah? Gimana apanya?”
“Udah berhasil melepas status ‘ting-ting’ loe belum?” Kata seorang temanku

Kalau mahasiswa seperti kami kumpul-kumpul, obrolan kami tak jauh-jauh dari masalah meki, toket, dan ngentot. Dasar manusia berpikiran dangkal, batinku.

“Udah dong” jawabku mantap.

“Wuih! Danny, sama siapa?” teman-temanku tampak antusias
“Sama Ra..”
“Raimond? Wuih Danny.. ternyata ckck..” kata-kataku dipotong seenaknya
“Bukan, tapi Ra..”
“Rahmat ya?”

Temanku yang kebetulan bernama Rahmat melotot tidak terima.

“Ra siapa sih?”
“Rama?”
“Raka?”
“Rambo?”
“Raden?”
“Rambutan?”

Semua nama cowok berawalan “Ra” disebutkan satu persatu. Sudahlah, aku terima nasib saja jadi bahan ejekan. Toh, meski kuceritakan yang sebenarnya pun mereka tak akan percaya.

“Uhuk!” aku tersedak ketika melihat tayangan televisi, kebetulan bintang tamu malam itu: Raisa! Mataku melotot. Teman-temanku bingung, mereka menoleh ke televisi melihat Raisa yang mengenakan dress putih sedang bersalaman dengan Deddy Corbuzier.

“Jangan bilang loe ngentot sama Raisa.”

Aku Cuma nyengir.

Mereka memandangiku dengan tatapan tidak percaya, biarlah.

Deddy Corbuzier bertanya kepada Raisa “Sekarang Raisa lagi pacaran sama siapa?”
Ditanya begitu, Raisa Cuma tersipu-sipu. “kalau pacar belum punya” jawabnya. aku memang tidak berarti apa-apa bagi Raisa, aku yang berharap terlalu banyak.

“Pacar belum punya.. tapi suami sudah.. gitu ya?” Deddy mennggoda Raisa. Raisa hanya senyum-senyum.

“Kalau orang yang disayang ada”

Aku terhenyak mendengar pernyataan Raisa di TV. Deddy Corbuzier tampak tertarik, “Kalau boleh tahu siapa?”
“Adaa deeeh” Raisa tersenyum manis. “Laki-laki lucu dan baik hati yang sudah bawain saya Gudeg Pawon malam-malam”


“Wow, orang Jogja ya?” Deddy tampak penasaran.
Raisa Cuma tersenyum.

Sementara itu, teman-temanku menatapku tidak percaya, mereka melongo.
Aku tersenyum penuh arti.

Raisa kemudian diminta oleh Deddy Corbuzier bernyanyi. Malam itu ia menyanyikan lagu yang berjudul serba salah:

sudah lupakan segala cerita antara kita
ku tak ingin, ku tak ingin, ku tak ingin kau terluka karna cinta
bukan karna rasa itu tlah sirna, maafkanlah
ku hanya tak ingin, ku tak ingin, ku tak ingin ku terluka karna cinta

Suara Raisa mengalun merdu, tanpa terasa air mataku menetes.


THE END